Orderan ini sudah agak lama. Sepulang Ayah Hanun pulang kantor, dia bilang kawan-kawan kantornya meminta saya untuk menyediakan snack box untuk tamu kantor yang akan datang beberapa hari kemudian. Wah, saya cuma bengong deh waktu itu :p
Belum pernah mengerjakan orderan langsung dari kantor begini, alhamdulillah jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 30 box. Wahh...tapi tetep aja, buat amatiran seperti saya ini, pesanan segitu dah cukup membuat deg-deg-plas, inilah salah satu sifat jelek saya, tiap dihadapkan pada tantangan yang baru, justru yang muncul ketakutan kalo gagal. Muncul bayangan karya dapur saya nanti hancur dan rasanya kacau, tak sesuai dengan lidah orang sini. Lalu efeknya, orang-orang kapok makan masakan saya :D
Yang mengejutkan, malamnya suami cerita kalo tamu yang akan datang itu adalah berkewarganegaraan asing, saya lupa.. kalo tidak salah dari Perancis dan Belanda. Waaahhhh... saya makin syok. Tapi karena berkali-kali suami meyakinkan saya pasti bisa ngerjain, jadinya rada PD deh--cuma rada lhooo....hihi..
Suami juga memberi gambaran agar sebisa mungkin snack yang dibuat, betul-betul makanan Indonesia asli. Saya bingung, semua nama snack gurih yang saya usulkan, ditolak semua...pastel no, risoles no, kroket no, bitterballen no, karena snack tersebut asal-usulnya kan memang 'bawaan' dari penjajah kita, tempo doeloe. Lumpia pun ditolak mentah-mentah, karena pada kenyataannya memang di negeri Kincir Angin buanyaak sekali yang jual :p . Jadi semalaman itu kami habiskan dengan berdebat masalah menu snack dan kontennya, serta falsafahnya (penting ga sih? qiqiqi...). Akhirnya kami dapatkan clue martabak, tapi karena saya agak kerepotan membuat kulitnya (pada hari yang sama ada orderan kue tart juga), jadi saya cari alternatif lain.
Singkat cerita, snack box yang saya buat adalah sebagai berikut:
Belum pernah mengerjakan orderan langsung dari kantor begini, alhamdulillah jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 30 box. Wahh...tapi tetep aja, buat amatiran seperti saya ini, pesanan segitu dah cukup membuat deg-deg-plas, inilah salah satu sifat jelek saya, tiap dihadapkan pada tantangan yang baru, justru yang muncul ketakutan kalo gagal. Muncul bayangan karya dapur saya nanti hancur dan rasanya kacau, tak sesuai dengan lidah orang sini. Lalu efeknya, orang-orang kapok makan masakan saya :D
Yang mengejutkan, malamnya suami cerita kalo tamu yang akan datang itu adalah berkewarganegaraan asing, saya lupa.. kalo tidak salah dari Perancis dan Belanda. Waaahhhh... saya makin syok. Tapi karena berkali-kali suami meyakinkan saya pasti bisa ngerjain, jadinya rada PD deh--cuma rada lhooo....hihi..
Suami juga memberi gambaran agar sebisa mungkin snack yang dibuat, betul-betul makanan Indonesia asli. Saya bingung, semua nama snack gurih yang saya usulkan, ditolak semua...pastel no, risoles no, kroket no, bitterballen no, karena snack tersebut asal-usulnya kan memang 'bawaan' dari penjajah kita, tempo doeloe. Lumpia pun ditolak mentah-mentah, karena pada kenyataannya memang di negeri Kincir Angin buanyaak sekali yang jual :p . Jadi semalaman itu kami habiskan dengan berdebat masalah menu snack dan kontennya, serta falsafahnya (penting ga sih? qiqiqi...). Akhirnya kami dapatkan clue martabak, tapi karena saya agak kerepotan membuat kulitnya (pada hari yang sama ada orderan kue tart juga), jadi saya cari alternatif lain.
Singkat cerita, snack box yang saya buat adalah sebagai berikut:
1. Bolu Kukus Ubi Ungu
2. Cake Tape
3. Martabak Mie
2. Cake Tape
3. Martabak Mie
Bolu ungunya berselai blueberry, cake tapenya bertabur kayu manis bubuk+kenari, martabak mie-nya bertopping saus sambal. That's all. |
Ga tahu deh... tamu-tamu tersebut doyan makan ini nggak , ah yang penting...sudah berusaha buat...hehe...
Not too bad, hu? :)
Not too bad, hu? :)