Rabu, 28 September 2011

My First Snack Box

Orderan ini sudah agak lama. Sepulang Ayah Hanun pulang kantor, dia bilang kawan-kawan kantornya meminta saya untuk menyediakan snack box untuk tamu kantor yang akan datang beberapa hari kemudian. Wah, saya cuma bengong deh waktu itu :p

Belum pernah mengerjakan orderan langsung dari kantor begini, alhamdulillah jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 30 box. Wahh...tapi tetep aja, buat amatiran seperti saya ini, pesanan segitu dah cukup membuat deg-deg-plas, inilah salah satu  sifat jelek saya, tiap dihadapkan pada tantangan yang baru, justru yang muncul ketakutan kalo gagal. Muncul bayangan karya dapur saya nanti hancur dan rasanya kacau, tak sesuai dengan lidah orang sini. Lalu efeknya, orang-orang kapok makan masakan saya :D

Yang mengejutkan, malamnya suami cerita kalo tamu yang akan datang itu adalah berkewarganegaraan asing, saya lupa.. kalo tidak salah dari Perancis dan Belanda. Waaahhhh... saya makin syok. Tapi karena berkali-kali suami meyakinkan saya pasti bisa ngerjain, jadinya rada PD deh--cuma rada lhooo....hihi..

Suami juga memberi gambaran agar sebisa mungkin snack yang dibuat, betul-betul makanan Indonesia asli. Saya bingung, semua nama snack gurih yang saya usulkan, ditolak semua...pastel no, risoles no, kroket no, bitterballen no, karena snack tersebut asal-usulnya kan memang 'bawaan' dari penjajah kita, tempo doeloe. Lumpia pun ditolak mentah-mentah, karena pada kenyataannya memang di negeri Kincir Angin buanyaak sekali yang jual :p . Jadi semalaman itu kami habiskan dengan berdebat masalah menu snack dan kontennya, serta falsafahnya (penting ga sih? qiqiqi...). Akhirnya kami dapatkan clue martabak, tapi karena saya agak kerepotan membuat kulitnya (pada hari yang sama ada orderan kue tart juga), jadi saya cari alternatif lain.

Singkat cerita, snack box yang saya buat adalah sebagai berikut:
1. Bolu Kukus Ubi Ungu
2. Cake Tape
3. Martabak Mie


Bolu ungunya berselai blueberry, cake tapenya bertabur kayu manis bubuk+kenari, martabak mie-nya bertopping saus sambal. That's all.






Ga tahu deh... tamu-tamu tersebut doyan makan ini nggak , ah yang penting...sudah berusaha buat...hehe...

Not too bad, hu? :)

Terang Bulan alias Martabak Manis

Teringat jaman masih sekolah dulu, ada jajanan rujak gobet di perempatan Jl. Cik Ditiro, Jogja...
Rujak tersebut cukup ngetop dan laris, apalagi di kalangan pelajar bukan "the have" macam kami (kalo tidak salah, harganya dulu masih Rp 500/porsi). Entah apa yang membuat kami 'termehek-mehek' dengan rujak buah itu, padahal gerobaknya sangat sederhana, tanpa penutup polusi, dan lokasinya tepat di pemberhentian bus kota, samping sebuah toko swalayan. Sampai-sampai beberapa teman, jika mengajak saya jajan di tempat tersebut, menyebutnya sebagai rujak Timbal, qiqiqi...

Saya pikir, buanyak sekali jajanan yang masih bertipe demikian jaman sekarang ini dan ironisnya, jajanan tersebut malah 'ngangeni' ketika kita sudah makin tua, apalagi jika hidup merantau.

Naah.... seperti yang saya alami beberapa hari lalu, tiba-tiba pengiiin banget maem terang mbulan atau martabak manis, yang biasa saya beli di perempatan Ring Road Utara, Jogja...tapi apa daya, mau beli jauuuh....kudu ke kota, hujan lebaaat pula.... yo wes akhirnya ngampet sampe keesokan paginya, dengan cara bikin sendiri. Walaupun hasilnya belum sesempurna martabak yang dijual di pinggir jalan, setidaknya yang ini lebih bebas debu dan Pb (timbal-red), hihihi...

Resep yang saya pake ini cukup praktis, tanpa mixer, dan tanpa ragi instan.
Begini resepnya:
(sumber: Cik Stella dalam blognya mba Nining)

Bahan-bahan:
Bahan martabak:
500 gram terigu protein sedang
750 cc air
1 butir telor
50 gram gula pasir
1 sdm garam
1 sdt soda kue

Bahan isi:
coklat beras (meises)
kacang tumbuk
keju
gula pasir
susu kental manis
dll

Cara membuat:
- Campurkan semua bahan jadi satu, dalam sebuah baskom, kecuali soda kue.
- Aduk bahan dengan menggunakan whisk atau sendok kayu, sampai adonan rata dan tepung larut. Diamkan 1 jam atau lebih.
- Selanjutnya kita panaskan wajan martabak, yang telah dioles tipis margarin dengan menggunakan kuas.
- Setelah wajan terasa benar-benar panas, masukkan soda kue ke dalam adonan, aduk rata
- Tuang adonan ke dalam wajan sampai 1/2 penuh, usahakan menyentuh tepi wajan, agar hasilnya cantik.


- Masak sampai bagian atas kering dan kelihatan berpori
- Taburi gula pasir.









-Tutup wajan, jangan lupa, selama pemanggangan, api selalu dalam keadaan kueciiil, mungkin saya pun...kmaren masih terlalu besar apinya, hehe..:




- Angkat martabak, olesi dengan mentega, segera.




- Isi, sesuai selera: mises, keju parut, dll. Kalo saya kemaren, kebetulan ada 1 buah pisang barangan, sisa nasi kotak, jadi saya tambahkan saja irisan pisang di atasnya.






- Lipat si terang bulan, waaa...hasilnya, ternyata warnanya kurang rata...apa karena saya pake wajan martabak 'abal-abal' ya? *skill kurang, kok menyalahkan alat :D*






- Potong-potong sesuai selera...kalo menurut saya,
 dinikmati keesokan harinya justru lebih enyaakkk... :)






 -Met mencobaaa......pastiii biiisaaa... tiiing! ;)


Selasa, 27 September 2011

Strawberry PIZZA !

Ini kali pertama mama Hanun bikin PIZZA.
Dah pesimis gagal karena bikinnya ngebut, pada detik-detik terakhir dead line LBT, bukan apa-apa, tapi emang karena lupa tanggal setornya :D
Hanya persembahan kecil dari saya untuk menyemarakkan parade Pizza LBT#8. Host kali ini dipegang oleh mba Diah Raki (Thailand), dan 'flower pizza' ini masuk dalam kategori The Cute Pizza, hehehe...lumayaaaan.


Terdiri dari Pizza dough bulat, yang di sekelilingnya saya tambahi dengan sisa dough berisi sosis ayam. Toppingnya: jagung manis, jamur kancing, bawang bombay, saus bolognise ala saya, dan untuk sensasi segar, saya tambahkan irisan buah Strawberry :)

Ini motretnya di teras, sempat diketawain hansip yang lewat, aneh kali ya, makanan kok difoto2...^_^


Monggo, berikut ini resep yg saya pakai...

Strawberry Pizza
sumber: mba rina rinso, modified by nanahanuna

Bahan :
350 gr terigu protein tinggi (saya pake cakra)
15 gr gula pasir
5 gr ragi instan
20 gr susu bubuk
200 ml air es (saya pake 150ml air es+2 kotak es batu)
50 gr mentega putih (saya pake unsalted butter)
1 sdt garam

Cara membuat :

Campur semua bahan kecuali air dan garam. Kemudian masukkan air sedikit demi sedikit sambil diuleni sampai kalis.
Setelah kalis diamkan sampai adonan mengembang 2 kali, sekitar 1 jam. Setelah mengembang kempiskan adonan (ditinju), kemudian bagi adonan menjadi 3 bagian. Bulatkan adonan dan diamkan 10 menit.

Setelah didiamkan 10 menit tipiskan adonan dengan cara digiling. Kemudian tusuk-tusuk dengan garpu.

Setelah itu diamkan 30 menit sampai mengembang.

Oven dengan api bawah suhu sekitar 200 derajat C selama 10 menit sampai roti setengah matang.

Oleskan bagian atas roti dengan saus bolognise, taburi dengan topping jagung manis, jamur kancing, sosis ayam, bawang bombay, strawberry, taburi dengan parutan keju mozzarela dan parutan keju Quick Melt.

Oven lagi selama 10 menit sampai matang. Hiasi dengan saus tomat.

Met mencoba...pastiiii biiiisaa... :)

Senin, 26 September 2011

Di Penghujung Syawal 1432 H

Iseng2 nulis. Sama sekali tidak berminat jadi jurnalis atau kolumnis.
Masih dalam rangka menghalau sepi.
Makan sudah.
Uthak-uthek Phtshp CS3 malah mumet :p.
Pengen nyusul si kecil tidur, tidak ngantuk.
Mau bikin cemilan, malas, karena sudah kenyang :p
Tiba2 teringat kalo ini masih bulan Syawal dan entah knapa terbayang Syawal tahun lalu.
Syawal tersederhana, tersunyi skaligus terkesan, seumur2 saya :)

Ya, kami hanya bertiga.  Di sebuah pedesaan, relatif kecil, namun teramat sangat bersih, menurut saya. Setidaknya dibandingkan dengan tanah kelahiran saya :D
Tak nampak kabel2 listrik ruwet sepanjang jalan. Berani taruhan, tidak akan ditemui lebih dari 10 buah mobil atau motor per km yg lalu lalang di jalan tersebut :)
Jalanan, sangat nyaman dilalui dengan berjalan kaki atau bersepeda. Walau memang, sesekali akan tercium aroma organik dari peternakan yang dimiliki oleh kebanyakan warga pribumi.
Sepanjang tepi jalan tampak guguran daun bermacam warna, dari kuning hingga marun kecoklatan. Jika kita berpapasan dengan seorang pengendara sepeda, harus siap dengan sapaan ramah, senyum bersahabat, dan lambaian tangannya. Menambah pesona suasana pedesaan itu.

Tempat hunian kami, kebetulan terletak agak ke dalam (sudah di kampung, pelosok pula, hihi). Pedesaan ini, rata2 dihuni oleh orang non muslim, atau barangkali malah Atheis. Ada gereja mungil nan cantik di dekat sebuah sekolah dasar, namun kami tdk pernah mendapatinya dlm keadaan ramai jamaah.
Puasa Ramadhan di tempat ini, kami jalani sekitar 17-18 jam.
Tempat hunian kami terletak di lantai 2, material bangunan berasal dari bahan semacam kayu ringan namun kuat, hanya 2 sisi yang setahu saya bermaterial semen (atau batako ya?). Hunian ini mungil, sederhana, namun hommy sekali (note: kangen pol dengan tempat tersebut!). Dari teras hunian, kami  dengan sangat leluasa bisa menyaksikan area mini pacuan kuda pribadi pemilik hunian (kapan2 saya share tentang ini, kalo sekarang, kebanyakan :D ).
Sekilas hunian tersebut sangat nyaman dan unik,  namun jika menengok apa yg ada di lantai 1, bagi kawan2 yg muslim tentu akan mengkritisi pilihan kami :))
Ya, lantai di bawah kami ditinggali para anjing peliharaan yg jumlahnya tak sedikit.


Ini adalah satu-satunya jalan, menuju hunian kami, rumahnya di ujung, pokoknya sampe jalan ini habis biiis. Dari stasiun kesini, jaraknya sekitar 3 km. Kami tempuh dengan bersepeda atau jalan kaki. Di kanan kiri banyak semak Berry, kecil2 warna merah, bisa dimakan sih...tp kwecuuuut pol :)


Alhamdulillah, puasa kami lalui dengan lancar (saya masih dalam kondisi menyusui waktu itu), hingga tibalah malam 1 Syawal. Tidak terdengar suara takbiran, tidak sibuk menyiapkan suguhan, tidak bingung dengan baju lebaran. Hanya perasaan lega dan bangga yang ada. Itu saja. Yes, we passed it.
Tidak menyia2kan koneksi internet yg luar biasa lancar, saat suami+si putri kecil pulas tertidur, saya iseng2 menyetel takbiran via youtube...wuaaahhh...efeknya dahsyat, pipi langsung basah deh...*halah*.
Tak terbayangkan sebelumnya, harus melewati ibadah Ramadhan di lingkungan yang jauh dari 'aura' Islami, hihi.

Tapi Ramadhan is Ramadhan. Bulan yg spesial. 
Apapun dan dimanapun , Alloh lebih tahu cara terbaik mendampingi kita, ketika Ramadhan ataupun di bulan-bulan lainnya. Tidak ada yg tidak mungkin, oleh-Nya.

Justru di tempat tersebut, suatu hari saya bengong sendiri, utk pertama kali dengar ayat2 Fatihah, kluar dari mulut mungil putri saya, secara berurutan, walo masih terbata2 saat itu (2 tahun, 4 bulan). Mungkin bagi orangtua selain kami, hal ini biasa atau bahkan terlambat, tp buat saya, tetap spesial. Walhasil yg terjadi saat itu ketawa senang+nangis deh (cengeng! haha).

Justru di tempat seperti itu, Hanun mulai bisa mengikuti gerakan-gerakan sholat kami secara utuh. Walaupun hanya betah 1-2 raka'at, tapi bagi kami itu sangat membahagiakan.

Justru doa dari tempat tersebut, kami berdua (saya+little Hanun) merasakan deg-degan luar biasa ketika 'menghantarkan' si Ayah, pada hari penentuan akhir masa studinya, dengan pesimis dan pasrah. Ketika suami pulang, dia bercerita kalo dia sendiri merasa bingung, mendapati sidang studi yang dia lalui hari itu sangatlah lancar, hihihi...alhamdulillah wallohua'lam.

Dan, justru di tempat seperti itu, sehari sebelum 1 Syawal, saya melihat sesuatu yang tidak biasa. Pagi atau siang hari (saya lupa, hehe), ketika saya sibakkan gorden, tak sengaja memandang langit di sekitar hunian kami, tampak awan besar nan tipis membentuk lafadz Alloh, tadinya saya pikir ini cuma halusinasi saya saja, tapi setelah saya amati berkali-kali kondisi  langit saat itu, ternyata di sekeliling awan besar berlafadz Alloh tadi terdapat buanyaaak sekali lafadz Alloh berukuran kecil-kecil.
Saya sempat memotret langit, tapi sayangnya cuma pake kamera HP jadul yang sudah mulai rusak, jadi tidak tampak jelas...

Hari itu agak mendung, ga begitu jelas ya kalo di foto... saya motretnya dibalik jendela pula, mau keluar ga kuat dingiiiin....hihi....n sayangnya HP saya sudah mulai soak, liat tuu...garis tipis di tengah...bawaan HP tuuu, ga bs diilangin...(eh, ini kok malah curhat Hp yak?? :p)


Whatever.
It was just an unforgettable Ramadhan.

Minggu, 18 September 2011

Fruit Pie (Pie Buah)

Bismillaahirrohmaanirrohiim...
Wah, dah lama buwanget nganggurin si blog. Daripada bengong (si kecil lg bobok, si ayah lagi ke luar kota, n lagi hujan duereees banget), saya coba menghalau sunyi dengan posting.
Fruit Pie ini, saya buat pertama kali pas bikin cemilan Halal Bihalal di sekolah Hanun, ga nyadar kalo si Ayah lagi ngamatin prosesnya. Nah, pas lagi konsen ngaduk vla, tiba2 Ayah masuk dapur dan minta dibuatkan Fruit Pie jenis sama dg ukuran besar sebagai hantaran silaturahim, keesokan harinya di Medan. Hmm...yo wes, karena stok bahannya masih ada dan mumpung badan lagi sehat, saya oke-kan saja.
Ini penampakan mini fruit pie yang saya buat untuk acara di sekolah Hanun. Karena tidak punya cetakan mini pie, saya pake cetakan mini bolu kukus saja, hehe...hasilnya kurang rapi....tapi lumayanlah, msh bisa dinikmati :)

 








 




Saya pake resep KULIT PIE dari NCC:
Bahan kulit Pie:
250 gr tepung terigu, serba guna
1/2 sdt garam
125 gr margarin
5 sdm air es
Bahan Vla :
500 cc susu
100 gr gula kastor (saya pake gula pasir biasa
5 btr kuning telur
30 gr tepung maizena
1 sdm mentega
1 sdt vanilli extract
Bahan Topping :
  • Aneka buah, spt strawberi segar iris tipis, kiwi, anggur hijau, anggur merah, jeruk mandarin kaleng, atau buah lain spt semangka, melon yg dibentuk bulat, dan lain-lain.
Bahan Siraman:
1 sdt agar-agar putih
100 cc air
1 sdt gula
(didihkan ketiga bahan ini, sisihkan)


Cara membuat :
  • Uleni bahan kulit hingga menjadi adonan liat, gilas tipis, cetak pada cetakan pie kecil, tusuk-tusuk bagian bawahnya dengan garpu agar pie tidak menggelembung, oven hingga matang. Lebih kurang 20 menit, dengan suhu sekitar 165 derajat C.



Vla :
  • Cairkan tepung maizena dengan sebagian susu, campur kuning telur, aduk rata, sisihkan.
  • Rebus susu dan gula hingga mendidih, masukkan campuran maizena dan kuning telur, aduk cepat, biarkan mendidih sekali lagi. Angkat. Sisihkan.
Penyelesaian:
  • Isi mangkuk pie dengan vla, hias dengan potongan buah, siram 1 sdt agar-agar bening.
Tips:
untuk mengantisipasi supaya kulit pie tidak melempem terkena vla panas, maka sebelum dituang vla, dasar kulit pie terlebih dahulu saya olesi dengan coklat blok (DCC) yang dicairkan, seperti ini:



Dan ini hasil akhirnya...  sayang banget, fotonya gelap, karena terburu2 banget, jemputan dah dateng, ga sempat buka gorden depan, asal klik! saja >_<




Selamat mencobaa....pasti biiiiiiiiiiisaaaa... ;)