Hufffhhh...huffffhhh piuuuhffh... *meniup blog yang sudah berdebu* :p. Kali ini mood-nya lagi pengen sharing tentang hal di luar baking or cooking. Is it OK? :)
Tergelitik dari banyak curhatan beberapa teman dan saudara di dunia nyata pada saya, how to weaning with love (dan efektif tentunya :D). Ada yang masih berusaha bersabar sampai ada yang tampaknya menyesal karena telah mengenalkan budaya ber-ASI pada anak sampai umur 2 th karena ternyata untuk menyapihnya luar biasa syusyaaah. Untuk beberapa sahabat yang tahu betul kelengketan Hanun pada saya saat masih dalam masa ASI, biasanya penasaran gimana sejarah saya bisa melepaskan Hanun dari kebiasaan mengenyot, tanpa 'dikelabuhi' dengan susu botol atau si sumber diolesin brotowali/obat merah.
Tergelitik dari banyak curhatan beberapa teman dan saudara di dunia nyata pada saya, how to weaning with love (dan efektif tentunya :D). Ada yang masih berusaha bersabar sampai ada yang tampaknya menyesal karena telah mengenalkan budaya ber-ASI pada anak sampai umur 2 th karena ternyata untuk menyapihnya luar biasa syusyaaah. Untuk beberapa sahabat yang tahu betul kelengketan Hanun pada saya saat masih dalam masa ASI, biasanya penasaran gimana sejarah saya bisa melepaskan Hanun dari kebiasaan mengenyot, tanpa 'dikelabuhi' dengan susu botol atau si sumber diolesin brotowali/obat merah.
Posting
sekarang ini sekedar berbagi pengalaman saya sebagai ibu yang masih
teramat sangat junior ini dalam mengusahakan masa peralihan tersebut, ya
menyapih. Masa ini biasanya dilakukan saat si anak berusia 2 tahun atau
lebih. Oya, dongeng saya ini berlaku untuk anak yang full ASI lho yaaa, kalau sudah disambung susu formula sih beda lagi ceritanya *soriii yaaa...;p*.
Singkat cerita, ternyata menyapih itu sangaaat tidak sulit. Hehe.
Saya
katakan tidak sulit, jika si ibu memiliki tipe lingkungan yang kondusif
untuk menyapih. Salah satunya, usahakan ada orang lain yang menjadi
pengalih perhatian si anak, misalnya pengasuh, baby sitter, budhe, tante,
orangtua, atau bahkan suami kita (dengan catatan : si anak sudah akrab
dengan para pengalih perhatian ini lho yaa.. sokur-sokur si asisten
adalah orang yg telaten, wuiih...bakal cepet deh tuh nyapihnya ;p).
Praktisnya, kalau si ibu memang sudah punya niat kuat untuk menyapih, ya
tinggal pilih waktu yang tepat untuk 'menghilang' sejenak dari
keseharian anak, entah 2-3 hari sampai seminggu. Tapi saran saya, jangan
langsung meninggalkan anak dalam kondisi 'hampa' begitu saja, hendaknya
sebelum si ibu 'menghilang', ada tahapan di mana dia dilatih untuk
mengenal air putih, susu UHT plain, atau jus buah, yang akan
menjadi pilihan ketika dia tidak berhasil menemukan ASI. Siapa yang
mengenalkan? Ya ibunya sendiri, jangan orang lain. Karena ini bertujuan
untuk menimbulkan rasa percaya diri anak ketika si ibu sedang tidak ada
di tempat, seolah-olah dia merasa tetap didukung ibunya. Tapi ingat,
mengenalkannya harus pelan-pelan, bertahap, sabar, jangan
dipaksa/dimarahin. Tunggu saja saat mood si anak lagi hepi.
Naaah, sayangnya, uraian di atas itu merupakan rencana dan impian saya semata, qiqiqi.... :D
In fact, saya berada di tipe lingkungan yang berkebalikan, yaitu di mana tak ada pengalih perhatian yang sudah dianggap akrab dan familiar dengan Hanun, anak saya. Akrab di sini, tidak sekedar bisa 'ngudhang' atau menghibur anak sesaat lho yaa...tapi yang bisa mengerti kondisi anak dan siap sedia untuk menjadi partner
sementara buat si anak dalam 24 jam. Saya yakin, tiap-tiap anak
memiliki sinyal kenyamanan terhadap orang-orang di sekitarnya. Jika hal
subyektif itu tidak terpenuhi, maka si anak dengan spontan akan menolak
dengan sikap rewel.
Ketika Hanun 2 th, sebenarnya posisi kami kebetulan di Jogja, di mana domisili para orangtua kami berada. Tapi karena kondisi mereka yang sudah pada sepuh, saudara-saudara kami sibuk berkarir, tanpa asisten, ya sudah....dengan lemas hati, plan A saya harus dicoret tebal-tebal dan harus legowo bahwa saya gagal menyapih Hanun di usia tepat 2 th. Walau begitu, saya tetap berusaha mengenalkan Hanun nikmatnya minum air putih atau jus lewat gelas, susu UHT kotak, sambil berharap ada keajaiban dia bisa menyapih dirinya sendiri, hihihi.... sempat saya tergoda jika melihat beberapa kawan dengan ringannya menghantarkan anak-anaknya tidur dengan susu botol, tapi saya pikir-pikir lagi, itu namanya bukan weaning kaleee...tapi changing... ;p takut keterusan dan si anak jadi lupa nasi saat besar.
Oh iya, ada 1 lagi kebiasaan yang kami ciptakan sebelum tidur, sebagai usaha pengalih perhatian mengenyot, yaitu membaca buku. Kalau pas tidak ada buku, ya terpaksa saya harus cari bahan di luar skenario yang menarik untuk anak alias mengomyang atau mendongeng tanpa ide :D
Ternyata, trik saya ini belum juga berhasil untuk membuatnya segera lupa akan ASI, huhuhu...
Saya berusaha berpikir positif saat itu, ah sebentar lagi kami akan bertemu si Ayah pasti proses menyapih akan lebih lancaaarr.
Umur 2 th 2 bln, Hanun memaaaang berjumpa kembali dengan ayahnya, tapi apa daya, impian saya tentang keberhasilan menyapih langsung sirna seketika, saat melihat Hanun justru histeris dan ketakutan melihat si Ayah. Boro-boro jadi partner, lha wong digendong ayahnya saja saat itu Hanun tidak betah. Saya lupa, kalau mereka sudah tidak bertemu 18 bulan lamanya, dan itu berarti menambah 'kerjaan' saya untuk meyakinkan Hanun bahwa sosok lelaki itu bukan orang lain, tapi itu bapakmu, Nduuk...bapakmuuu....huwaaaa.... lemes deeeh saya, gagal nyapih maning.... gagal maning...
Tiga bulan lamanya merantau di belahan bumi utara terlewati sudah, dan kami bertiga harus kembali ke tanah rantau melayu deli di Sumatera Utara. Saat itu saya sudah kehabisan ide bagaimana menyapih Hanun yang sudah berumur 2,5 tahun.
Hingga pada suatu malam yang sunyi di sini, seperti biasa, Hanun masih dengan ritualnya jelang tidur dengan mengenyot, tiba-tiba si sumber ASI tak sengaja tergigit olehnya, tepat di gigi runcing bekas dia jatuh. Spontan saya menjerit kesakitan, Hanun kaget dan sempat bertanya kenapa. Saya bilang, kalau sakit. Entah kenapa, saya terlintas ide untuk mencoba menjadikannya sebagai 'senjata' meskipun sebenernya memang sakit sekali. Akhirnya saya tetep berekspresi kesakitan sambil menutup muka. Hanun bengong lalu tampaknya menyadari kalau dia tidak boleh mimik lagi, lalu menangis. Saya bilang padanya, maaf ya Nun, ini sakit sekaliiii, mama sudah tidak kuat mimik-in lagi, mimik air putih dulu ya Nun... atau susu kotak? mau rasa apa? mama ambilin ya?
Dia tetap menangis. Lalu segera saya ambil posisi duduk, sementara Hanun masih tiduran menangis. Saya tawarkan pada dia, Hanun sumuk? mau dikipasin? Dia mengangguk. Siiip, waktu itu seingat saya, Hanun badannya justru sedang tidak sehat karena sedang flu, kecapekan setelah perjalanan panjang dalam 1 bulan: Schipol-Jakarta-Bandung-Jogja-Jakarta-Pematang Siantar...hiks, hiks.
Walau masih menangis, tapi saat saya tanya masih bisa menjawab, berarti saya yakini kondisinya stabil dan baik-baik saja. Saya teringat, di sebuah forum parenting bahwa kunci untuk weaning with love adalah membuat si anak merasa aman dan senyaman-nyamannya. Oke, I will do what you think comfort with, dear, batin saya saat itu, semoga ini waktu yang tepat, ya Alloh.
Selain dikipas, malam itu saya pijit kakinya, ngobrol ringan, sambil sesekali dicium dan dipeluk. Karena dia sedang getol-getolnya mendengarkan lagu, saya selipkan lagu bergantian dengan lagu dadakan saat memijat kakinya, jangan diketawain liriknya yaa... qiqiqi... :p :
Nyet...nyet tebu...mbak Hanun saged mlayu (jit pijit, mba Hanun bisa lari)
Mlayu tekan semarang leh-olehe jadhah jenang (lari sampe semarang, oleh2nya jadah jenang)
Tuk...tuk ngantuk...mbak Hanun ayo bobok
Singkong atau gembili mbak Hanun enggak mimik lagi
Manis atau legi mbak Hanun bobok cendili
Lagu sholawat andalannya pakai yang ini:
Ya Nabi salam alaika Ya Rosul salam alaika
Yaaa Habib salam alaika sholawatullooh 'alaih
(biar tidak bosan, lirik diganti dengan bacaan Al Fatihah dan doa mau tidur, dengan nada sama)
Lagu di atas diulang tidak hanya 2-3 kali lho ya... tapi sampai setidurnya si unyil, tak terasa dah 2 jam nembang non stop, pantesan mulutnya kok pegel plus kebas, hahahay... alhamdulillah, hari pertama cukup sukses.
Siang hari, jika Hanun teringat ASI lagi, saya berusaha konsisten menjawab kalau masih sakit. Saat dia tertidur pulas, rasanya lega dan pengin nangis deh, di satu sisi puas banget bisa berhasil menyapih tanpa bersitegang dengan si anak. Di sisi lain, sedih karena bakal kangen dengan ekspresi si unyil yang sangat sangat lucu saat emik, hihihi.
Ritual selama 2 jam ini berlangsung tiap hari, sampai sekitar 8 hari, hingga akhirnya menjadi kebiasaan.
Capek dan pegel, itu pasti. Tapi perasaan saya? waaahhh, puaaaassss ruaarr biasaa..... di tengah godaan brotowali dan susu botol, ternyata bisa berhasil menyapih dengan idealisme *halah* tanpa membohonginya dengan olesan pahit-pahitan atau obat merah, karena konon hal itu bisa menimbulkan ketidakpercayaan si anak pada si ibu. Bahasa kasarnya, aku masih kecil saja sudah dibohongi, gimana kalau aku besar nanti...buu?? ;p
Susu botol pun saya singkirkan jauh-jauh, demi menolak ketergantungan pada 'jimat' anak jaman sekarang ini. Minimal efek yang terlihat sekarang, kalau di rumah, si thengil lebih sering nyari nasi dan piring dibanding susu dan botol sampe emaknya bingung mau bikin lauk apalagi, hehe.
Sampai detik ini, masih banyak pihak yang kontra dengan keputusan saya menyusui 2,5 th dengan alasan terlalu lama, akibatnya sekarang Hanun jadi tidak maniak minum susu pertumbuhan, secara fisik badan jadi lebih imut dibanding kawan-kawan sebayanya. Banyak bisikan sana-sini pada saya untuk memberikan susu merk tertentu yang formulanya untuk menggemukkan anak (sekali-sekali mbok mbisikin saya resep2 lauk yang enak+sehat untuk balita dwooong... :p)
Saya cuma senyum-senyum aja deh nanggepinnya. Saya masih 100% yakin kok, ASI diciptakan Alloh bukan tanpa maksud dan manfaat, entah kini atau nanti. Apaa hasilnya?? Manaaa buktinya?? Heaven knows... we'll see :)
Ketika Hanun 2 th, sebenarnya posisi kami kebetulan di Jogja, di mana domisili para orangtua kami berada. Tapi karena kondisi mereka yang sudah pada sepuh, saudara-saudara kami sibuk berkarir, tanpa asisten, ya sudah....dengan lemas hati, plan A saya harus dicoret tebal-tebal dan harus legowo bahwa saya gagal menyapih Hanun di usia tepat 2 th. Walau begitu, saya tetap berusaha mengenalkan Hanun nikmatnya minum air putih atau jus lewat gelas, susu UHT kotak, sambil berharap ada keajaiban dia bisa menyapih dirinya sendiri, hihihi.... sempat saya tergoda jika melihat beberapa kawan dengan ringannya menghantarkan anak-anaknya tidur dengan susu botol, tapi saya pikir-pikir lagi, itu namanya bukan weaning kaleee...tapi changing... ;p takut keterusan dan si anak jadi lupa nasi saat besar.
Oh iya, ada 1 lagi kebiasaan yang kami ciptakan sebelum tidur, sebagai usaha pengalih perhatian mengenyot, yaitu membaca buku. Kalau pas tidak ada buku, ya terpaksa saya harus cari bahan di luar skenario yang menarik untuk anak alias mengomyang atau mendongeng tanpa ide :D
Ternyata, trik saya ini belum juga berhasil untuk membuatnya segera lupa akan ASI, huhuhu...
Saya berusaha berpikir positif saat itu, ah sebentar lagi kami akan bertemu si Ayah pasti proses menyapih akan lebih lancaaarr.
Umur 2 th 2 bln, Hanun memaaaang berjumpa kembali dengan ayahnya, tapi apa daya, impian saya tentang keberhasilan menyapih langsung sirna seketika, saat melihat Hanun justru histeris dan ketakutan melihat si Ayah. Boro-boro jadi partner, lha wong digendong ayahnya saja saat itu Hanun tidak betah. Saya lupa, kalau mereka sudah tidak bertemu 18 bulan lamanya, dan itu berarti menambah 'kerjaan' saya untuk meyakinkan Hanun bahwa sosok lelaki itu bukan orang lain, tapi itu bapakmu, Nduuk...bapakmuuu....huwaaaa.... lemes deeeh saya, gagal nyapih maning.... gagal maning...
Tiga bulan lamanya merantau di belahan bumi utara terlewati sudah, dan kami bertiga harus kembali ke tanah rantau melayu deli di Sumatera Utara. Saat itu saya sudah kehabisan ide bagaimana menyapih Hanun yang sudah berumur 2,5 tahun.
Hingga pada suatu malam yang sunyi di sini, seperti biasa, Hanun masih dengan ritualnya jelang tidur dengan mengenyot, tiba-tiba si sumber ASI tak sengaja tergigit olehnya, tepat di gigi runcing bekas dia jatuh. Spontan saya menjerit kesakitan, Hanun kaget dan sempat bertanya kenapa. Saya bilang, kalau sakit. Entah kenapa, saya terlintas ide untuk mencoba menjadikannya sebagai 'senjata' meskipun sebenernya memang sakit sekali. Akhirnya saya tetep berekspresi kesakitan sambil menutup muka. Hanun bengong lalu tampaknya menyadari kalau dia tidak boleh mimik lagi, lalu menangis. Saya bilang padanya, maaf ya Nun, ini sakit sekaliiii, mama sudah tidak kuat mimik-in lagi, mimik air putih dulu ya Nun... atau susu kotak? mau rasa apa? mama ambilin ya?
Dia tetap menangis. Lalu segera saya ambil posisi duduk, sementara Hanun masih tiduran menangis. Saya tawarkan pada dia, Hanun sumuk? mau dikipasin? Dia mengangguk. Siiip, waktu itu seingat saya, Hanun badannya justru sedang tidak sehat karena sedang flu, kecapekan setelah perjalanan panjang dalam 1 bulan: Schipol-Jakarta-Bandung-Jogja-Jakarta-Pematang Siantar...hiks, hiks.
Walau masih menangis, tapi saat saya tanya masih bisa menjawab, berarti saya yakini kondisinya stabil dan baik-baik saja. Saya teringat, di sebuah forum parenting bahwa kunci untuk weaning with love adalah membuat si anak merasa aman dan senyaman-nyamannya. Oke, I will do what you think comfort with, dear, batin saya saat itu, semoga ini waktu yang tepat, ya Alloh.
Selain dikipas, malam itu saya pijit kakinya, ngobrol ringan, sambil sesekali dicium dan dipeluk. Karena dia sedang getol-getolnya mendengarkan lagu, saya selipkan lagu bergantian dengan lagu dadakan saat memijat kakinya, jangan diketawain liriknya yaa... qiqiqi... :p :
Nyet...nyet tebu...mbak Hanun saged mlayu (jit pijit, mba Hanun bisa lari)
Mlayu tekan semarang leh-olehe jadhah jenang (lari sampe semarang, oleh2nya jadah jenang)
Tuk...tuk ngantuk...mbak Hanun ayo bobok
Singkong atau gembili mbak Hanun enggak mimik lagi
Manis atau legi mbak Hanun bobok cendili
Lagu sholawat andalannya pakai yang ini:
Ya Nabi salam alaika Ya Rosul salam alaika
Yaaa Habib salam alaika sholawatullooh 'alaih
(biar tidak bosan, lirik diganti dengan bacaan Al Fatihah dan doa mau tidur, dengan nada sama)
Lagu di atas diulang tidak hanya 2-3 kali lho ya... tapi sampai setidurnya si unyil, tak terasa dah 2 jam nembang non stop, pantesan mulutnya kok pegel plus kebas, hahahay... alhamdulillah, hari pertama cukup sukses.
Siang hari, jika Hanun teringat ASI lagi, saya berusaha konsisten menjawab kalau masih sakit. Saat dia tertidur pulas, rasanya lega dan pengin nangis deh, di satu sisi puas banget bisa berhasil menyapih tanpa bersitegang dengan si anak. Di sisi lain, sedih karena bakal kangen dengan ekspresi si unyil yang sangat sangat lucu saat emik, hihihi.
Ritual selama 2 jam ini berlangsung tiap hari, sampai sekitar 8 hari, hingga akhirnya menjadi kebiasaan.
Capek dan pegel, itu pasti. Tapi perasaan saya? waaahhh, puaaaassss ruaarr biasaa..... di tengah godaan brotowali dan susu botol, ternyata bisa berhasil menyapih dengan idealisme *halah* tanpa membohonginya dengan olesan pahit-pahitan atau obat merah, karena konon hal itu bisa menimbulkan ketidakpercayaan si anak pada si ibu. Bahasa kasarnya, aku masih kecil saja sudah dibohongi, gimana kalau aku besar nanti...buu?? ;p
Susu botol pun saya singkirkan jauh-jauh, demi menolak ketergantungan pada 'jimat' anak jaman sekarang ini. Minimal efek yang terlihat sekarang, kalau di rumah, si thengil lebih sering nyari nasi dan piring dibanding susu dan botol sampe emaknya bingung mau bikin lauk apalagi, hehe.
Sampai detik ini, masih banyak pihak yang kontra dengan keputusan saya menyusui 2,5 th dengan alasan terlalu lama, akibatnya sekarang Hanun jadi tidak maniak minum susu pertumbuhan, secara fisik badan jadi lebih imut dibanding kawan-kawan sebayanya. Banyak bisikan sana-sini pada saya untuk memberikan susu merk tertentu yang formulanya untuk menggemukkan anak (sekali-sekali mbok mbisikin saya resep2 lauk yang enak+sehat untuk balita dwooong... :p)
Saya cuma senyum-senyum aja deh nanggepinnya. Saya masih 100% yakin kok, ASI diciptakan Alloh bukan tanpa maksud dan manfaat, entah kini atau nanti. Apaa hasilnya?? Manaaa buktinya?? Heaven knows... we'll see :)
The White Lily and "My Lily", 03 Juni 2012, Happy Birthday, dear...we luv u as always... |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar